Langsung ke konten utama

Tawaduk Abuya Mudawali Terhadap Muridnya Abu Tumin

Foto : Abu Tumin Bersama Waled Nu

Nasyakbandi waly :Abuya berkataberka saya: "Saya tidak pernah merasa besar dari ulama-ulama lain"

Ini terbukti dari pengakuan beliau akan kealiman Abu Tumin, Abu Panton, dan ulama-ulama lainnya.

Padahal beliau putera dari seorang guru seluruh ulama besar Aceh. Dan juga sebagai ulama besar pada masanya. Namun hal itu semua tidak membuat dirinya sombong, angkuh dan mencari kedudukan.

Ketika saya mau mengaji ke Jawa, Abuya berkata:" Ya bagus, karena di Jawa juga banyak Ulama-ulama yang 'alim."

Biografi singkat Abuya Prof.Dr.Muhibbduddin Waly

Beliau adalah putra tertua dari Syaikh Haji Muhammad Waly Al-Khalidy dengan Hajjah Rasimah, istri beliau yang pertama. Abuya Muhibbuddin adalah  Rais ‘Am Dayah/pesantren Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Lulusan pertama secara resmi dari Asia Tenggara di abad modern, yang mendapat doktor (Ph.D) Syariah Islam, dalam bidang Ushul Fiqh al-Islami (The Roots-The oracle of Islamic Law Section) di universitas Islam terbaik dan tertua di dunia yaitu Al-Azhar, Kairo,  Mesir – Egypt (1964-1970). Beliau adalah Satu-satunya mahasiswa yang mempertahankan thesis di Aula Syaikh Muhammad Abduh di Mesir. Mendapatkan gelar Professor dari Universitas Ilmu Al-Qur’an di Jakarta dan menjadi Guru besar Masjid Istiqlal Jakarta pada saat itu. Abuya Muhibbuddin Waly juga menjadi guru besar (Professor) Pensyarah kuliyyah of Laws di Universitas Islam Antar Bangsa (International Islamic University) di Malaysia.

Beliau memiliki ribuan murid yang tersebar di seluruh tanah Melayu Nusantara mulai dari Aceh sampai ke tanah Jawa, Sulawesi, Malaysia bahkan Brunei Darussalam dan pattani (siam). Beliau Ulama yang gigih dalam memperjuangkan aqidah Islam Ahlussunnah waljama’ah dan mengarang syarahan kitab Al-Hikam (Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawwuf) yang dibuat oleh Al Imam Ahmad Abul Fadhal gelar Tajuddin bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athaillah Iskandari (Askandari). Kitab syarahan Al-Hikam karya Abuya ini telah diakui oleh seluruh ulama-ulama Melayu Nusantara pada pertemuan di Singapore bulan Februari 1992 Untuk ditetapkan sebagai acuan utama bagi syarahan resmi Al-Hikam yang dipakai oleh seluruh ulama di tanah Melayu Nusantara.

Selain mendapatkan ijazah Thariqat dari Syaikh Haji Abdul Ghani Al Kampari dan dari ayah beliau Syaikh Haji Muhammad Waly, Beliau juga mendapatkan ijazah hadist-hadist Rasulullah SAW dalam semua sanad dari ulama besar Mekkah Syaikh Muhammad Yasin Al Fadaany, dan mendapat ijazah Thariqat-Thariqat Mu’tabar dari Al ‘Alim Al Muhaddist Syaikh Sayyid Muhammad bin Sayyid ‘Alawy bin Sayyid Abbas Al Maaliki Al Hasany.

Beliau yang alim pada segala bidang ilmu ini meninggalkan ratusan tulisan, manuskrip, buku dan makalah-makalah agama, sosial kemasyarakatan, politik, ekonomi (perbankan), national security (Militer), sejarah kesultanan Aceh, dan pemerintahan serta perundang-undangan yang dibuat untuk generasi Ahlussunnah Wal Jama’ah ke depan.

Komentar